KLIKINAJA – Upaya penyelamatan dramatis terjadi di Desa Karang Baru, Aceh Tamiang, ketika banjir setinggi empat meter melanda kawasan itu pada Selasa (2/12/2025). Seorang prajurit TNI, Sersan Satu (Sertu) Giman Syahputra, berjuang seorang diri mengevakuasi 20 warga, termasuk bayi dan balita, setelah tim penyelamat resmi tidak dapat menembus derasnya arus.
Hujan yang turun tanpa henti selama lima hari sebelumnya menyebabkan air meluap cepat dan menghentikan seluruh operasi SAR. Dalam situasi darurat itu, Giman memutuskan mengambil tindakan setelah mendengar teriakan meminta tolong dari tetangga yang terjebak di atap rumah selama dua hari.
Evakuasi Mandiri Saat SAR Tak Mampu Menembus Arus
Saat banjir susulan datang, arus air mengalir sangat deras hingga membuat tim penyelamat kewalahan. Giman, yang berada di rumahnya, menyaksikan tetangganya terkurung di bagian atas rumah kayu dan kondisi mereka semakin kritis.
“Kalau hari itu tidak diselamatkan, saya takut mereka tidak bertahan lagi. Tidak ada alat, saya bingung harus bagaimana,” tutur Giman kepada wartawan.
Ia sempat mencari peralatan dan berharap ada warga lain yang bisa membantu. Harapan itu muncul ketika ia melihat seseorang berenang menggunakan ban dari arah masjid. Giman pun meminjam ban dan pelampung tersebut sebagai alat bantu evakuasi darurat.
Meniti Kabel Listrik, Terjun ke Arus Deras
Keputusan besar dibuat Giman sekitar pukul 15.00 WIB. Dengan mempertimbangkan bahaya arus yang diperkirakan mencapai 70 knot, ia meniti kabel yang melintang di depan rumah sebelum akhirnya melompat ke air sambil membawa tali tambang.
“Saya berpikir lama di atas kabel itu, hampir setengah jam. Akhirnya saya lompat membawa tali untuk menyelamatkan mereka,” ujarnya.
Bermodalkan ban yang diikat menjadi rakit sederhana, ia mendekat ke rumah warga yang terjebak. Di dalam rumah itu terdapat dua balita, seorang anak laki-laki, pasangan lansia, serta anggota keluarga lain yang tidak bisa berenang.
Balita Diselamatkan Lebih Dulu
Giman mengevakuasi para korban secara bertahap. Ia meyakinkan seorang ibu yang memeluk erat balitanya untuk mempercayakan keselamatan anaknya kepadanya. Balita tersebut ternyata sudah terpapar hujan selama dua hari.
“Saya selamatkan dulu balitanya, karena kondisinya paling rawan,” kata Giman.
Dalam waktu sekitar satu setengah jam, total 20 orang berhasil ia pindahkan dari rumah yang nyaris tenggelam ke tempat aman. Satu remaja laki-laki sempat tertinggal, namun Giman telah membuat papan darurat sebagai sarana evakuasi untuknya.
“Kalau sampai malam tak dievakuasi, habis semua itu,” tegasnya.
Warga Ditampung di Rumah Giman
Seluruh warga yang diselamatkan akhirnya ia bawa ke rumahnya yang posisinya lebih tinggi. Mereka ditampung di lantai dua karena belum memungkinkan untuk mengungsi ke lokasi lain.
Sebelum banjir besar tersebut, warga sebenarnya sudah diingatkan untuk mengungsi sejak tanda-tanda bahaya muncul. Namun sebagian memilih bertahan karena tidak menyangka banjir akan setinggi itu.
“Dulu waktu 2006 pas Tsunami, air cuma dua meter. Ini jauh lebih besar dari yang pernah kami alami,” ucap Giman.
Kondisi Desa Mulai Pulih
Situasi di Desa Karang Baru kini mulai membaik. Akses jalan perlahan terbuka setelah alat berat dikerahkan dari arah perbatasan Sumatera Utara. Bantuan logistik dari pesantren dan relawan dari Medan juga mulai berdatangan.
“Sekarang akses sudah bisa dilewati dan bantuan sudah masuk,” kata Giman.
Aksi heroik Sertu Giman Syahputra kini mendapat sorotan luas karena keberaniannya mengambil risiko demi menyelamatkan nyawa orang lain dalam situasi ekstrem.(Tim)









