KLIKINAJA, KERINCI – Warga di empat desa di kawasan Tanah Cogok (Tanco) Kabupaten Kerinci kembali menyoroti rusaknya saluran irigasi yang menjadi sumber utama pengairan sawah mereka. Kerusakan tersebut disebut terjadi akibat pembangunan jalan akses menuju Bandara Depati Parbo yang sedang berlangsung dalam beberapa bulan terakhir.
Menurut warga, aliran air yang semula stabil kini mengalir sangat lambat hingga menyebabkan ratusan hektare sawah sulit digarap. Kondisi ini semakin dirasakan saat musim panas, ketika pasokan air berkurang drastis.
Pak Arzal salah seorang perwakilan masyarakat Tanco, mengatakan persoalan irigasi sebenarnya sudah disampaikan berulang kali kepada pihak bandara maupun Pemerintah Kabupaten Kerinci. Namun, hingga saat ini belum ada langkah nyata untuk memperbaiki saluran yang terganggu tersebut.
Ia menjelaskan bahwa material pembangunan jalan yang masuk ke jalur irigasi sudah mengeras dan menghambat aliran air secara signifikan. Selain itu, aktivitas alat berat di area yang merupakan tanah rawa membuat saluran irigasi menjadi miring sehingga tidak mampu menampung dan mengalirkan air sebagaimana mestinya.
“Kami sudah mengikuti semua prosedur, mulai dari membuat laporan hingga menyurati Bupati dan instansi terkait. Tetapi tidak ada tindak lanjut. Air jadi lambat, dan akibatnya lahan pertanian terbengkalai,” ujarnya.
Empat desa yang terdampak meliputi Desa Koto Iman, Desa Agung, Koto Salak, dan Koto Petai. Total areal sawah yang mengalami gangguan irigasi diperkirakan mencapai 230 hektare. Warga baru bisa mengolah lahan setelah turun hujan, meskipun hasilnya tidak maksimal.
Ia menambahkan bahwa masyarakat Tanah Cogok awalnya enggan meminta bantuan pihak luar. Namun, karena kondisi semakin mendesak, perwakilan warga dan tokoh adat terpaksa mendatangi pihak bandara untuk meminta pembangunan box culvert sebagai solusi jangka panjang. Menurutnya, usulan tersebut juga disampaikan ke Balai Wilayah Sungai (BWS), namun lembaga ini mengembalikan penanganan kepada pihak bandara sebagai pihak yang mengerjakan proyek.
Bupati Kerinci, Monadi, sebelumnya telah meninjau langsung lokasi irigasi yang terdampak. Meskipun demikian, warga menilai belum ada perkembangan berarti sejak kunjungan tersebut. Kondisi itu membuat masyarakat kembali mempertanyakan realisasi janji pemerintah daerah.
“Masyarakat empat desa masih menunggu janji Pak Bupati. Kami hanya ingin irigasi diperbaiki agar bisa bekerja di sawah seperti biasanya,” tegasnya.
Ia juga menyebutkan bahwa pembangunan jalan yang saat ini baru mencapai sekitar 20 meter ke depan diperkirakan masih akan diperpanjang. Jika tidak ada penanganan sejak dini, potensi kerusakan irigasi dapat bertambah hingga 40 meter.
Warga berharap pemerintah daerah, pihak bandara, dan instansi terkait dapat segera duduk bersama untuk menentukan solusi konkret. Mereka menegaskan bahwa perbaikan irigasi merupakan kebutuhan mendesak, mengingat sektor pertanian merupakan mata pencaharian utama masyarakat Tanah Cogok.
Jika tidak segera diselesaikan, warga khawatir gangguan irigasi akan menyebabkan gagal panen dan menurunkan produktivitas pertanian di empat desa tersebut. Selain kerugian ekonomi, kondisi ini juga berpotensi menimbulkan konflik kepentingan antara masyarakat dan pihak pelaksana proyek.
Warga Tanah Cogok kini menunggu langkah nyata dari pemerintah daerah dan pihak bandara agar irigasi yang terdampak pembangunan jalan dapat kembali berfungsi normal sehingga aktivitas pertanian tidak lagi terganggu.(Tim)









