Britainaja – Kementerian Pariwisata mendorong daerah Banyuwangi, Bali Utara, dan Bali Barat atau yang di kenal sebagai kawasan 3B, untuk segera memetakan destinasi unggulan mereka. Langkah ini di lakukan agar pemerintah pusat dapat memberikan dukungan promosi yang lebih tepat sasaran.
Wakil Menteri Pariwisata (Wamenpar) Ni Luh Puspa menegaskan pentingnya kolaborasi daerah dengan pusat dalam membangun paket wisata yang terintegrasi. Pernyataan ini disampaikannya saat menghadiri Forum Penguatan Amenitas dan Aksesibilitas di Buleleng, Bali, Minggu (15/9/2025).
Menurut Ni Luh Puspa, penyusunan paket wisata 3B akan memberikan pola perjalanan baru yang dapat di pasarkan dalam berbagai pameran internasional, termasuk di Seoul dan Beijing. Ia berharap upaya ini bisa mengurangi beban pariwisata yang selama ini terlalu terfokus di Bali Selatan.
“Bali memiliki kekayaan destinasi yang luar biasa. Wisatawan tidak boleh hanya menumpuk di Bali Selatan. Dengan adanya paket wisata 3B, penyebaran turis bisa lebih merata ke seluruh daerah,” kata Puspa.
Wamenpar menegaskan, destinasi yang di prioritaskan harus sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Artinya, fokus pengembangan harus mengarah pada pariwisata regeneratif dan berkelanjutan, agar di minati berbagai segmen wisatawan.
Ia menambahkan, wisatawan asal Tiongkok menjadi target utama dalam program ini. Dengan adanya penerbangan carter yang bisa mendarat langsung di Banyuwangi, turis dapat melanjutkan perjalanan ke Bali Utara maupun Bali Barat melalui jalur darat dan laut.
Paket wisata 3B sejatinya bukan hal baru. Program ini pertama kali di luncurkan pada masa kepemimpinan Menteri Sandiaga Uno. Hingga kini, peningkatan kunjungan wisatawan melalui skema tersebut sudah mencapai 5–10 persen.
Meski demikian, Ni Luh Puspa menekankan bahwa capaian tersebut belum cukup. “Realisasinya harus lebih maksimal. Saya tidak ingin Bali terus-menerus di kaitkan dengan pariwisata berlebih. Harus ada pemerataan yang nyata,” ujarnya.
Kepala Dinas Pariwisata Buleleng, Gede Dody Sukma, menilai kawasan 3B memiliki potensi serupa dalam hal keindahan alam. Masing-masing wilayah punya pantai, pegunungan, hingga hutan yang bisa menjadi daya tarik utama.
Namun, Gede mengakui pemerintah daerah tidak bisa bergerak sendiri. “Kami sudah bersinergi antarwilayah, tapi untuk memperkuat promosi dan pemerataan wisatawan, peran pemerintah pusat tetap di butuhkan,” jelasnya.
Dengan adanya pemetaan destinasi yang lebih jelas, Kemenpar optimistis paket wisata 3B dapat menjadi solusi untuk mengurangi kepadatan wisata di Bali Selatan. Program ini di harapkan juga mampu meningkatkan kontribusi sektor pariwisata dari daerah lain yang selama ini kurang terangkat.
“Bali punya pesona tanpa habis. Yang terpenting adalah bagaimana kita mendistribusikan wisatawan agar lebih adil, sehingga semua daerah ikut menikmati manfaat ekonomi,” tutur Ni Luh Puspa menutup pernyataannya. (Tim)