Lonjakan Hipertensi Anak Meningkat Dua Kali Lipat dalam 20 Tahun, Ini Penyebabnya

Avatar photo

- Jurnalis

Sabtu, 22 November 2025 - 09:00 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

KLIKINAJA – Prevalensi tekanan darah tinggi pada anak dan remaja di seluruh dunia tercatat melonjak signifikan dalam dua dekade terakhir. Studi internasional terbaru menemukan bahwa kasus hipertensi pada anak usia sekolah naik hampir dua kali lipat antara tahun 2000 hingga 2020, dipicu terutama oleh meningkatnya angka obesitas.

Kasus Hipertensi Anak Terus Naik Secara Global

Peningkatan tersebut terungkap melalui analisis besar yang menggabungkan 96 penelitian dari berbagai negara, melibatkan lebih dari 400 ribu anak dan remaja. Hasilnya menunjukkan tren yang mengkhawatirkan: prevalensi hipertensi pada anak laki-laki meningkat dari 3,40% menjadi 6,53%, sementara anak perempuan naik dari 3,02% menjadi 5,82% dalam kurun waktu 20 tahun.

Para peneliti menyatakan bahwa temuan ini memberikan gambaran paling komprehensif sejauh ini mengenai kondisi tekanan darah pada populasi muda. Mereka juga menilai bahwa penumpukan lemak tubuh berperan besar dalam tingginya angka hipertensi.

Obesitas Jadi Faktor Risiko Terbesar

Dari seluruh peserta penelitian, anak dengan obesitas tercatat memiliki risiko hipertensi paling tinggi. Kelompok ini jauh melampaui anak yang hanya kelebihan berat badan, bahkan anak dengan berat badan normal juga tidak sepenuhnya terbebas dari risiko.

Dalam laporan tersebut dijelaskan bahwa anak obesitas memiliki kemungkinan hampir delapan kali lebih besar mengalami hipertensi terkonfirmasi. Mereka juga berisiko hampir 19% masuk kategori pra-hipertensi, angka yang menunjukkan beban kesehatan jangka panjang jika tidak segera ditangani.

Baca Juga :  Pertolongan Pertama Anak Sakit Perut dan Muntah

Menariknya, faktor umum seperti usia, jenis kelamin, dan wilayah tempat tinggal tidak menunjukkan perbedaan signifikan dalam memengaruhi risiko. Artinya, masalah ini menjadi ancaman global yang dapat muncul pada seluruh kelompok anak.

Perbedaan Metode Pengukuran Ikut Mempengaruhi Temuan

Para peneliti menekankan bahwa ini adalah meta-analisis global pertama yang menggabungkan dua pendekatan pengukuran: tekanan darah di klinik dan pengukuran di luar klinik seperti di rumah.

Dari 81 studi yang menggunakan pengukuran klinis, prevalensi hipertensi tercatat sekitar 4,28% dan mencapai puncaknya pada usia 14 tahun sebelum kembali menurun. Sementara itu, 15 studi yang menerapkan metode gabungan menunjukkan prevalensi lebih tinggi, yakni 6,67%.

Cakupan penelitian ini juga sangat luas, meliputi negara dari seluruh wilayah WHO  Afrika, Amerika, Eropa, Asia Tenggara, hingga Pasifik serta mencakup negara maju dan negara berpenghasilan rendah-menengah.

Pakar: Masalah Besar dengan Dampak Jangka Panjang

Dr. Rubin Cooper, ahli kardiologi anak dari Cohen Children’s Medical Center, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, menilai lonjakan angka hipertensi anak sebagai tanda bahaya.

“Prevalensinya meningkat di banyak negara dalam 20 tahun terakhir. Ini masalah kesehatan serius yang bisa menimbulkan dampak ekonomi dan medis yang besar di kemudian hari,” ujarnya.

Cooper menambahkan bahwa obesitas memang menjadi pemicu utama, namun ia melihat adanya kemungkinan faktor lain. Salah satunya adalah meningkatnya kesadaran medis terhadap pentingnya pengukuran tekanan darah anak, sehingga lebih banyak kasus teridentifikasi dibanding dulu.

Baca Juga :  7 Buah Penurun Tekanan Darah Tinggi yang Direkomendasikan Ahli

“Bahkan tanpa obesitas, angka hipertensi terlihat meningkat dua kali lipat. Ada anak dengan tubuh kurus atau normal, tapi tetap memiliki tekanan darah tinggi,” jelasnya.

Langkah Pencegahan: Dari Rumah hingga Kebijakan Publik

Menurut Cooper, orang tua memiliki peran besar dalam mencegah anak mengalami tekanan darah tinggi. Ia menyarankan pembatasan waktu layar, pengurangan konsumsi makanan kemasan, serta peningkatan konsumsi sayur, buah, dan makanan utuh.

Namun ia menegaskan bahwa gaya hidup sehat bukan satu-satunya jawaban. Faktor genetik juga dapat berperan, terutama pada anak dengan gangguan metabolisme tertentu.

“Pola makan dan aktivitas fisik memang tidak bisa menyelesaikan semua kasus, tetapi bisa membuat sebagian besar anak jauh lebih sehat,” tuturnya.

Cooper juga mendorong adanya intervensi yang lebih luas, seperti edukasi gizi sejak dini dan kemudahan akses terhadap bahan makanan berkualitas untuk seluruh keluarga.

Lonjakan kasus hipertensi pada anak dalam 20 tahun terakhir menunjukkan urgensi penanganan serius di tingkat keluarga, tenaga kesehatan, hingga pembuat kebijakan. Dengan meningkatnya prevalensi di seluruh dunia, langkah pencegahan perlu dilakukan sejak dini agar generasi mendatang dapat terhindar dari risiko penyakit jantung dan komplikasi lain di masa depan.(Tim)

Berita Terkait

Manfaat Daun Binahong untuk Kesehatan, Cara Konsumsi dan Aturan Aman
Daftar Makanan Pemicu Batu Ginjal yang Perlu Diwaspadai
Makanan dan Minuman yang Memicu Perut Buncit, Ini Daftarnya
Manfaat Protein Telur Rebus untuk Kesehatan Tubuh
Obat Keracunan Makanan yang Aman dan Efektif untuk Dipakai di Rumah
Buah Penurun Asam Urat Alami yang Efektif Dikonsumsi Harian
Manfaat Kayu Manis untuk Kesehatan Tubuh, Ini Penjelasan Lengkapnya
6 Manfaat Ampas Kopi untuk Rumah dan Kecantikan yang Jarang Diketahui

Berita Terkait

Kamis, 11 Desember 2025 - 06:00 WIB

Manfaat Daun Binahong untuk Kesehatan, Cara Konsumsi dan Aturan Aman

Rabu, 10 Desember 2025 - 07:00 WIB

Daftar Makanan Pemicu Batu Ginjal yang Perlu Diwaspadai

Rabu, 10 Desember 2025 - 06:00 WIB

Makanan dan Minuman yang Memicu Perut Buncit, Ini Daftarnya

Selasa, 9 Desember 2025 - 07:00 WIB

Manfaat Protein Telur Rebus untuk Kesehatan Tubuh

Senin, 8 Desember 2025 - 06:00 WIB

Obat Keracunan Makanan yang Aman dan Efektif untuk Dipakai di Rumah

Berita Terbaru

Oknum ASN Jambi Ditangkap Polisi Saat Bawa 95 Ekstasi.

Kriminal

Oknum ASN Jambi Ditangkap Polisi Saat Bawa 95 Ekstasi

Rabu, 10 Des 2025 - 22:00 WIB