Klikinaja, Sydney – Aparat kepolisian Australia meningkatkan kewaspadaan menjelang demonstrasi besar yang digelar secara serentak di sejumlah kota pada Sabtu (13/9/2025). Aksi ini diprakarsai oleh aliansi dengan nama Australia Unites, yang terdiri dari berbagai kelompok masyarakat dengan latar belakang berbeda.
Menurut laporan The Guardian, para penggerak aksi menyebut unjuk rasa tersebut sebagai bentuk perlawanan terhadap praktik korupsi pemerintah serta melonjaknya biaya hidup yang semakin memberatkan warga. Selain itu, isu menurunnya kualitas layanan kesehatan, meningkatnya kasus kekerasan, hingga kebijakan lingkungan yang dinilai lebih berpihak pada perusahaan besar turut menjadi sorotan.
Dalam laman resmi Australia Unites, sejumlah isu tambahan juga dikedepankan, antara lain kekhawatiran terhadap wacana pembatasan media sosial, penerapan identitas digital, serta dugaan perampasan lahan. Kelompok ini juga menyinggung aturan ketat yang membatasi aktivitas petani, kritik terhadap perjanjian pandemi WHO, hingga seruan untuk mereformasi kebijakan imigrasi.
Namun, beberapa kelompok yang tergabung tercatat membawa agenda yang lebih kontroversial, seperti menyuarakan penolakan vaksinasi, menentang hak-hak komunitas transgender, hingga menuntut dihentikannya pengajaran teori gender di sekolah.
Demonstrasi nasional ini dijadwalkan berlangsung di berbagai kota besar termasuk Sydney, Hobart, Canberra, dan Brisbane. Ribuan orang diperkirakan hadir, dengan jalur protes yang sudah diatur agar tidak bersinggungan dengan aksi komunitas Pribumi.
Meski penyelenggara menekankan bahwa tujuan utama aksi adalah menyampaikan aspirasi secara damai, aparat keamanan tetap bersiaga penuh untuk mengantisipasi kemungkinan gesekan di lapangan. (Tim)