KLIKINAJA – Layar digital kini mendominasi hampir seluruh aktivitas masyarakat, mulai dari bekerja, mengikuti pembelajaran jarak jauh, hingga menikmati hiburan dan berbelanja. Ketergantungan ini membuat durasi menatap layar meningkat signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
American Optometric Association (AOA) mencatat bahwa antara 50 hingga 90 persen pengguna komputer mengalami gejala Computer Vision Syndrome. Keluhan yang muncul biasanya berupa mata kering, pusing, sulit fokus, serta sensasi tegang pada area sekitar mata. Kondisi ini terjadi karena mata bekerja lebih keras ketika memandang layar yang memancarkan cahaya secara terus menerus.
Untuk meminimalisasi risiko tersebut, pakar kesehatan mata menekankan pentingnya menerapkan rutinitas yang ramah bagi penglihatan. Salah satu metode yang paling mudah adalah aturan 20-20-20. Setiap 20 menit, pengguna dianjurkan memalingkan pandangan ke objek sejauh 20 kaki atau sekitar 6 meter selama 20 detik. Teknik sederhana ini terbukti mampu mengurangi stres visual dan membantu mata tetap rileks.
Selain jeda rutin, pencahayaan ruangan juga menjadi faktor penting. Ruangan yang terlalu redup atau justru terlalu terang memaksa mata menyesuaikan diri secara berlebihan. Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Ophthalmology menunjukkan bahwa pencahayaan tidak ideal meningkatkan risiko mata lelah pada pengguna komputer.
Pengaturan posisi layar pun tak kalah vital. Idealnya, jarak layar berada pada kisaran 50–70 sentimeter dari mata dan posisinya sedikit lebih rendah dari garis pandang. Temuan dari Harvard School of Public Health mengungkap bahwa jarak yang terlalu dekat dapat memperbesar potensi ketegangan mata dan memicu sakit kepala.
Di sisi lain, penggunaan mode gelap maupun filter cahaya biru dinilai dapat menambah kenyamanan visual. Studi dalam Ophthalmic and Physiological Optics menyebutkan bahwa filter cahaya biru membantu sebagian pengguna mengurangi ketidaknyamanan saat bekerja dengan perangkat digital dalam waktu lama.
Kebiasaan sederhana seperti lebih sering berkedip juga sangat berpengaruh. Saat fokus pada layar, orang cenderung berkedip lebih jarang sehingga permukaan mata cepat mengering. Jurnal International Journal of Ophthalmology menegaskan bahwa kurangnya frekuensi berkedip dapat memicu iritasi dan mata kering berkepanjangan.
Tak hanya itu, menyisihkan waktu 1–2 jam per hari tanpa menatap layar juga dianjurkan untuk memberi kesempatan mata beristirahat penuh. Langkah ini dapat membantu menjaga kelembapan mata sekaligus mengurangi ketegangan akibat paparan cahaya buatan.
Untuk pencegahan jangka panjang, pemeriksaan mata secara rutin menjadi langkah penting lainnya. AOA merekomendasikan pemeriksaan minimal sekali setahun, terutama bagi mereka yang bekerja di depan layar dalam durasi panjang. Pemeriksaan berkala memungkinkan deteksi dini berbagai gangguan penglihatan sebelum berkembang lebih serius.
Di tengah perkembangan teknologi yang tak terhindarkan, menjaga kesehatan mata membutuhkan kesadaran dan disiplin pribadi. Rutinitas sederhana yang dilakukan secara konsisten tidak hanya meningkatkan kenyamanan sepanjang hari, tetapi juga mendukung produktivitas dalam jangka panjang. Pada akhirnya, merawat mata menjadi investasi penting bagi kualitas hidup di era digital saat ini.
Mengelola waktu depan layar dan menerapkan kebiasaan sehat dapat membantu mencegah berbagai masalah penglihatan. Di tengah semakin intensnya aktivitas digital, menjaga kesehatan mata harus menjadi prioritas setiap orang agar tetap produktif dan nyaman menjalani rutinitas harian.(Tim)









