KLIKINAJA – Permintaan smartphone di sejumlah negara berkembang terus meningkat pada kuartal III 2025, mendorong pengiriman global meski beberapa wilayah utama masih mencatat penurunan. Laporan terbaru Omdia memperlihatkan pergeseran kompetisi antarvendor serta dinamika pasar yang semakin terpolarisasi.
Pasar smartphone dunia kembali bergerak positif sepanjang Q3 2025. Pertumbuhan ini dipicu oleh meningkatnya pembelian perangkat di kawasan Asia-Pasifik, Afrika, dan Timur Tengah, yang mampu mengimbangi penurunan pengiriman di Amerika Utara dan China.
Apple menjadi salah satu motor pertumbuhan global. Perusahaan asal Cupertino itu mencatat peningkatan permintaan yang konsisten, terutama dari negara berkembang seperti India. Permintaan kuat pada perangkat premium dan ekosistemnya mendorong pengiriman Apple tetap stabil sepanjang tahun.
Xiaomi menempati posisi berikutnya dengan total pengiriman 43,3 juta unit atau naik tipis 1% secara tahunan. Meski pasar China mengalami perlambatan setelah program subsidi pemerintah berakhir, Xiaomi mendapatkan dorongan signifikan dari Asia-Pasifik serta sejumlah negara berkembang lain. Kombinasi harga kompetitif dan portofolio yang luas menjaga performa Xiaomi tetap positif.
Sementara itu, Transsion induk dari Tecno, Itel, dan Infinix berhasil naik ke posisi keempat. Setelah melakukan penyesuaian inventaris pada paruh pertama tahun ini, pengirimannya melonjak menjadi 28,6 juta unit, tumbuh 12% secara YoY. Agresivitas Transsion di pasar Afrika menjadi kunci utama kebangkitan mereka, ditambah penetrasi di pasar lain yang mulai menunjukkan tren naik.
Di posisi kelima, vivo mencatat pengiriman 28,5 juta unit atau tumbuh 9% YoY. Performa kuat di India menjadi tulang punggung pertumbuhan perusahaan tersebut. Bahkan di China, vivo berhasil melampaui Huawei dalam pangsa pasar. Ekspansi di Asia-Pasifik, Afrika, dan Amerika Latin juga memperkuat kontribusi global vivo.
Secara geografis, kinerja pasar menunjukkan variasi signifikan. Afrika mencatat lonjakan tertinggi, tumbuh 25% dibandingkan tahun lalu dan menjadi kuartal terbaik sejak akhir 2021. Asia-Pasifik menyusul dengan pertumbuhan 5% YoY, menandai volume kuartal tertinggi dalam empat tahun terakhir. Sementara itu, Amerika Utara dan China masih berada dalam tren turun karena penundaan pembelian dan melemahnya siklus pergantian perangkat.
Menurut Omdia, pertumbuhan pasar saat ini bersifat terpolarisasi. Permintaan meningkat tajam pada dua segmen: ponsel ultra-low-end di bawah 100 dolar AS dan perangkat premium di atas 700 dolar AS. Sebaliknya, segmen menengah justru tertekan akibat persaingan harga dan perubahan preferensi konsumen.
Meski kinerja kuartal III terlihat menjanjikan, industri dihadapkan pada tantangan baru. Kelangkaan komponen dan naiknya biaya produksi diperkirakan akan berdampak pada harga perangkat yang lebih tinggi dalam waktu dekat. Kondisi ini dikhawatirkan dapat menekan permintaan, terutama pada segmen low-end yang paling sensitif terhadap harga.
Jusy Hong, Senior Research Manager Omdia, menegaskan bahwa vendor harus bergerak strategis untuk menjaga profit. Ia menjelaskan bahwa perusahaan kemungkinan akan mengamankan pendanaan kanal distribusi lebih awal, memprioritaskan perangkat dengan margin tinggi, serta mempertahankan lini menengah dan entry-level tetap efisien. “Apa pun kondisinya, menjaga profitabilitas tetap menjadi prioritas utama,” ujarnya.
Meningkatnya permintaan di negara berkembang menjadi angin segar bagi industri smartphone global. Namun tantangan biaya produksi dan pasokan komponen akan menjadi faktor penentu dalam menjaga momentum pertumbuhan hingga akhir 2025.(Tim)









