KLIKINAJA, SUNGAIPENUH – Kota Sungai Penuh dikenal sebagai daerah kecil yang dikelilingi panorama alam menawan dan hutan tropis yang masih terjaga. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), luas wilayah kota ini mencapai sekitar 36.492 hektare dengan jumlah penduduk lebih dari 101 ribu jiwa. Menariknya, sekitar 69 persen dari wilayah tersebut masih berupa kawasan hutan, menjadikan Sungai Penuh salah satu daerah dengan tutupan hijau terbesar di Provinsi Jambi.
Secara administratif, kota ini terdiri atas delapan kecamatan dan 69 desa. Letaknya yang strategis di jantung kawasan Kerinci Raya membuat Sungai Penuh berkembang menjadi pusat aktivitas ekonomi, perdagangan, dan jasa. Kota ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Kerinci, serta dua provinsi lain yakni Sumatera Barat dan Bengkulu.
Namun, pesatnya perkembangan penduduk dan kebutuhan pembangunan menghadirkan tantangan baru. Dengan wilayah yang relatif sempit, Sungai Penuh menghadapi keterbatasan ruang untuk ekspansi horizontal. Kondisi tersebut membuat tata ruang kota harus diatur dengan cermat agar tidak menurunkan kualitas udara, air, maupun tanah.
Wali Kota Sungai Penuh, Alfin, menuturkan bahwa pengelolaan sampah menjadi isu prioritas dalam menjaga keberlanjutan lingkungan.
“Setiap hari, Sungai Penuh menghasilkan lebih dari 50 ton sampah. Pemerintah berkomitmen menjadikan kota ini bersih dan sehat melalui sistem pengelolaan sampah terpadu, pengembangan TPS3R, serta peningkatan kapasitas TPST,” ujarnya.
Ia menambahkan, keberhasilan program ini tidak hanya bergantung pada kebijakan pemerintah, tetapi juga partisipasi aktif masyarakat.
“Keterlibatan warga menjadi kunci utama. Kami mengajak seluruh lapisan masyarakat menjaga lingkungan agar masa depan Sungai Penuh tetap hijau dan nyaman,” lanjutnya.
Untuk mewujudkan hal itu, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Sungai Penuh terus berinovasi dalam sistem pengelolaan sampah perkotaan. Saat ini, proses pengumpulan dan pengangkutan sampah dilakukan secara terjadwal dan terintegrasi hingga ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang telah memenuhi standar lingkungan.
Salah satu program unggulan DLH adalah pengembangan TPS3R (Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle) yang kini tersebar di 16 lokasi. Melalui fasilitas ini, sampah organik diolah menjadi pupuk kompos untuk mendukung sektor pertanian, sementara sampah anorganik didaur ulang agar tidak menumpuk di TPA. Selain itu, DLH juga mendorong masyarakat beralih ke bahan ramah lingkungan dengan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.
Inovasi lain yang mendapat sambutan hangat dari warga adalah kehadiran Bank Sampah Mapan. Program ini mengajak masyarakat untuk memilah dan menabung sampah yang memiliki nilai ekonomis. Selain membantu menekan volume sampah, inisiatif tersebut juga membuka peluang ekonomi sirkular di tingkat rumah tangga.
Kepala DLH Kota Sungai Penuh, Wahyu Rahman Dedy, menegaskan pentingnya pendidikan lingkungan kepada warga agar kesadaran mengelola sampah tumbuh dari tingkat desa.
“Kami mendorong setiap desa memiliki kemampuan mandiri dalam pengelolaan sampah melalui TPS3R. Dengan begitu, terbentuk masyarakat yang mampu menciptakan ekonomi sirkular berbasis lingkungan,” jelasnya.
Melalui kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha, Sungai Penuh berupaya menjaga keseimbangan antara pembangunan dan pelestarian lingkungan. Meski ruang gerak terbatas, kota ini terus bergerak menuju masa depan yang bersih, hijau, dan berkelanjutan.
Upaya pemerintah dan masyarakat Sungai Penuh menjadi contoh bagaimana kota kecil dapat mengelola sampah secara efektif tanpa mengorbankan kelestarian alam. Dengan sinergi yang kuat, Sungai Penuh menegaskan komitmennya untuk menjadi kota ramah lingkungan di tengah pesatnya pembangunan wilayah Jambi.(Dea)









