KLIKINAJA, SUNGAIPENUH – Program inovatif “Gerakan 3S” yang digagas TP-PKK Kota Sungai Penuh menjadi sorotan dalam kegiatan Jambore PKK dan Pasar Rakyat 2025. Gerakan sederhana ini terbukti efektif memperkuat ketahanan keluarga sekaligus menekan angka stunting di tingkat masyarakat.
Kegiatan Jambore PKK dan Pasar Rakyat di Kota Sungai Penuh tahun ini tidak sekadar menjadi ajang tahunan yang meriah. Di balik berbagai lomba dan pameran, acara tersebut menegaskan komitmen pemerintah daerah dan masyarakat untuk memperkuat peran keluarga dalam membangun sumber daya manusia yang sehat dan mandiri.
Salah satu inisiatif yang mencuri perhatian adalah keberlanjutan Gerakan 3S, singkatan dari Segenggam Beras, Sebutir Telur, dan Seribu Rupiah. Program ini mendorong setiap warga untuk rutin menyisihkan sebagian kecil rezekinya demi membantu pemenuhan gizi anak-anak, terutama yang berisiko stunting. Langkah kecil itu terbukti mampu menciptakan dampak besar ketika dijalankan bersama-sama.
Wali Kota Sungai Penuh, Alfin S.H., menilai program 3S merupakan wujud nyata kepedulian sosial yang tumbuh dari masyarakat sendiri. Ia menyebut gerakan tersebut sebagai contoh sederhana bagaimana solidaritas bisa menjadi kekuatan perubahan.
“Gerakan 3S bukan hanya tentang berbagi, tetapi juga membangun kesadaran bersama. Tindakan kecil yang dilakukan terus-menerus akan membawa perubahan besar bagi generasi mendatang,” ujar Alfin.
Selain fokus pada peningkatan gizi dan pencegahan stunting, Jambore PKK 2025 juga memberi ruang bagi pelaku UMKM lokal untuk memperluas pasar. Melalui Pasar Rakyat, para pelaku usaha menampilkan berbagai produk unggulan, mulai dari kerajinan tangan, makanan sehat, hingga hasil pertanian lokal.
Antusiasme pengunjung menunjukkan bahwa kegiatan ini bukan hanya memperkuat solidaritas sosial, tetapi juga menggairahkan ekonomi masyarakat.
TP-PKK Kota Sungai Penuh sendiri menekankan pentingnya pemberdayaan perempuan sebagai penggerak utama dalam keluarga dan ekonomi lokal. Melalui pelatihan, lomba antar-kecamatan, serta kegiatan edukatif lainnya, PKK berupaya menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya peran keluarga dalam mendukung pembangunan berkelanjutan.
Wali Kota Alfin berharap semangat yang muncul dari kegiatan ini tidak berhenti setelah acara berakhir. Ia mengajak masyarakat untuk menjadikan gotong royong sebagai budaya yang hidup di setiap lingkungan.
“Kita ingin semangat ini terus tumbuh, tidak hanya saat acara besar seperti jambore. Gerakan kecil di rumah tangga, lingkungan, dan komunitas harus terus hidup agar perubahan sosial bisa berkelanjutan,” tambahnya.
Kolaborasi antara pemerintah daerah, PKK, dan masyarakat dianggap menjadi kunci keberhasilan program tersebut. Dukungan berjenjang dari tingkat kelurahan hingga kecamatan memperkuat pelaksanaan Gerakan 3S, menjadikannya sebagai model pemberdayaan keluarga yang bisa diterapkan di daerah lain.
Kegiatan seperti Jambore PKK dan Pasar Rakyat juga berperan penting dalam memperkuat jejaring antarwarga. Interaksi langsung di lapangan membuat pesan tentang kesehatan keluarga, gizi seimbang, dan pentingnya partisipasi sosial tersampaikan lebih efektif dibanding kampanye formal.
Melalui pendekatan yang partisipatif dan berkelanjutan, Kota Sungai Penuh menunjukkan bahwa perubahan sosial tidak selalu memerlukan langkah besar. Gerakan kecil yang tumbuh dari masyarakat dapat menjadi fondasi kuat untuk membangun keluarga sehat, mandiri, dan berdaya saing.(Dea)









