KLIKINAJA – Meski kesadaran akan pentingnya keamanan siber semakin meningkat, jutaan pengguna internet di seluruh dunia masih menggunakan kata sandi sederhana seperti “123456” atau “password”. Laporan terbaru menunjukkan kebiasaan ini terus berulang dan menjadi celah besar bagi peretas.
Dalam laporan yang menganalisis jutaan kata sandi paling umum, ditemukan bahwa mayoritas pengguna masih mengutamakan kemudahan mengingat dibanding keamanan data. Kata sandi “123456” tercatat sebagai yang paling sering digunakan secara global, diikuti variasi sederhana seperti “12345678” dan “123456789”.
Data tersebut menunjukkan lebih dari seperempat dari 1.000 kata sandi teratas hanya terdiri dari angka. Urutan numerik yang mudah ditebak, seperti “123”, muncul pada hampir 39% dari seluruh kata sandi yang dianalisis. Bahkan urutan terbalik seperti “321” pun ditemukan pada 2% pengguna.
Tidak hanya angka, kombinasi huruf sederhana juga banyak dipakai. Sebanyak 3,1% pengguna memilih pola seperti “abc” atau sejenisnya. Beberapa bahkan menggunakan pengulangan karakter yang sama—contohnya “111111” yang berada di posisi ke-18 dan “********” di peringkat ke-35.
Kata umum seperti “password” dan “admin” masih mendominasi. Sekitar 3,9% dari 1.000 kata sandi paling populer mengandung unsur “pass” atau “password”, sedangkan 2,7% lainnya memakai kata “admin”. Pilihan populer lain mencakup “qwerty” (1,6%) dan “welcome” (1%).
Menariknya, istilah yang berhubungan dengan budaya populer juga muncul. Kata “minecraft”, misalnya, menempati posisi ke-100 dengan hampir 70.000 pengguna. Selain itu, kombinasi seperti “India@123” berada di urutan ke-53, menggambarkan tren pengguna yang mencoba menambahkan sentuhan geografis namun tetap menciptakan kata sandi yang lemah.
Pentingnya Panjang dan Kompleksitas Password
Para ahli keamanan siber menegaskan bahwa panjang kata sandi berperan besar dalam mencegah peretasan. Kata sandi dengan minimal 12 karakter secara signifikan menurunkan risiko diretas, namun kenyataannya, sebagian besar pengguna belum menerapkannya.
Hasil riset menunjukkan 65,8% dari kata sandi yang dianalisis memiliki panjang di bawah 12 karakter, dan 6,9% bahkan kurang dari 8 karakter. Hanya 3,2% pengguna yang menggunakan kombinasi lebih dari 16 karakter. Fakta bahwa “123”—yang hanya terdiri dari tiga angka—menjadi salah satu kata sandi terpopuler, menggambarkan rendahnya kesadaran keamanan digital masyarakat.
Kata sandi pendek sangat mudah dijebol melalui metode brute-force, di mana peretas mencoba setiap kombinasi huruf dan angka hingga menemukan yang benar. Sebaliknya, kata sandi yang panjang dan kompleks, berisi huruf besar, huruf kecil, angka, serta simbol, jauh lebih sulit ditembus.
Lapisan Keamanan Tambahan Sangat Disarankan
Meski memiliki kata sandi kuat penting, para pakar menekankan bahwa hal itu bukan satu-satunya benteng keamanan. Pengguna sangat disarankan mengaktifkan otentikasi dua faktor (2FA) untuk memberikan perlindungan ekstra. Sistem ini membuat akun tetap aman meski kata sandi telah bocor atau ditebak oleh peretas.
Dengan meningkatnya serangan siber dan kebocoran data global, kebiasaan membuat kata sandi sederhana sebaiknya mulai ditinggalkan. Edukasi keamanan digital dan kebijakan sistem yang lebih ketat diharapkan dapat mendorong pengguna beralih pada praktik yang lebih aman.
Fenomena penggunaan kata sandi sederhana seperti “123456” menunjukkan masih minimnya kesadaran keamanan digital di kalangan pengguna internet. Dengan semakin canggihnya metode peretasan, keamanan akun kini tidak bisa lagi bergantung pada satu lapisan perlindungan.(Tim)









