KLIKINANJA – Aktivitas pendakian di Gunung Semeru pada Rabu sore berubah tegang ketika bunyi gemuruh terdengar dari arah puncak. Pada saat itu, sebagian pendaki masih berjalan menuju Ranu Kumbolo, sementara kelompok lain telah tiba lebih dahulu di tepi danau yang menjadi salah satu titik peristirahatan favorit pendaki.
Salah satu pendaki, Zakia dari Surabaya, mengisahkan bahwa ia dan teman-temannya memulai perjalanan dari Pos Ranu Pani sekitar pukul 12.00 WIB. Cuaca cukup cerah, sehingga rombongan tidak menyadari adanya peningkatan aktivitas vulkanik. Mereka baru menginjakkan kaki di Ranu Kumbolo sekitar pukul 18.30 WIB dan langsung beristirahat tanpa mengetahui peristiwa besar yang baru saja terjadi.
Menurut Zakia, informasi mengenai erupsi baru mereka dapatkan keesokan harinya dari pemandu pendakian. Sang pemandu meminta semua pendaki tetap tenang karena material erupsi tidak mengarah ke wilayah utara—lokasi Ranu Kumbolo berada. “Kami baru diberi tahu pagi hari. Guide menenangkan dan meminta kami tidak panik,” ujarnya, Kamis (20/11).
Penjelasan dari tim pendamping menyebutkan bahwa luncuran awan panas bergerak ke sektor Tenggara–Selatan. Dengan posisi Ranu Kumbolo yang berada di sisi berlawanan, para pendaki dinilai tidak berada dalam jalur bahaya. Meski demikian, seluruh pendaki tetap diminta turun sebelum pukul 09.00 WIB pada Kamis pagi untuk memastikan keamanan.
Pendaki lain, Fathur Rozi, yang juga berasal dari Surabaya, mengungkapkan bahwa para petugas lapangan aktif memantau kondisi dan terus memberikan pembaruan kepada para pendaki. “Syukur alhamdulillah, semuanya aman. Erupsinya ke arah selatan. Di Ranu Kumbolo tidak ada abu sama sekali, para pendaki bisa turun dengan tertib,” ujarnya.
Namun tidak semua pendaki mengalami situasi yang tenang. Putri, seorang pendaki yang baru pertama kali mencoba jalur menuju Ranu Kumbolo, mengaku sempat dilanda kepanikan. Bukan karena kondisi di lapangan, tetapi karena keluarganya berkali-kali mencoba menghubungi dirinya setelah mendengar kabar mengenai ratusan pendaki yang disebut-sebut terjebak.
Kesulitan sinyal di sekitar Ranu Kumbolo membuat Putri baru bisa memberi kabar saat ia turun dan mencapai Pos Tiga. “Keluarga saya panik karena informasi yang beredar simpang siur. Saya langsung minta maaf setelah berhasil menghubungi mereka,” katanya sambil menahan haru.
Putri menjelaskan bahwa ia memulai perjalanan ke Ranu Kumbolo sekitar pukul 12.45 WIB dan baru tiba malam hari sekitar pukul 20.00 WIB. Ketika pemandu menyampaikan bahwa Semeru mengalami erupsi, rasa cemas langsung muncul karena ini adalah pendakian perdananya. “Saya langsung tanya apakah aman lanjut naik. Setelah dibilang aman dan awan panas tidak menuju arah kami, barulah saya sedikit tenang,” terangnya.
Meski sempat menegangkan, para pendaki akhirnya berhasil turun dengan selamat. Kejadian ini kembali mengingatkan pentingnya memperhatikan informasi resmi dari pihak Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) serta mengikuti instruksi pemandu, terutama dalam situasi gunung api yang aktivitasnya tidak dapat diprediksi.
Peristiwa erupsi Semeru kali ini menunjukkan bahwa meski kondisi lapangan terlihat aman, pendaki tetap perlu waspada terhadap dinamika aktivitas vulkanik. Koordinasi pemandu, informasi resmi, dan kesiapan para pendaki menjadi faktor penting dalam memastikan keselamatan selama berada di gunung aktif.(Tim)









