KLIKINAJA, SUNGAI PENUH – Upaya mewujudkan swasembada pangan 2025 kembali dievaluasi Pemerintah Kota Sungai Penuh bersama Balai Penerapan Modernisasi Pertanian (BPMP) Jambi. Dalam pertemuan monitoring dan evaluasi (Monev) di Aula Kantor Wali Kota, Kamis (4/12), pemkot menekankan pentingnya pembenahan di sektor hulu agar target produksi dapat tercapai.
Evaluasi ini tidak hanya membahas progres program, tetapi juga mengidentifikasi persoalan nyata yang dihadapi petani. Dua isu utama muncul, yakni rendahnya pemanfaatan teknologi modern serta distribusi sarana produksi yang belum sepenuhnya lancar.
Wali Kota Alfin menilai peningkatan produktivitas tak bisa dilepaskan dari adopsi teknologi pertanian. Ia menyebut masih ada gap kemampuan dan fasilitas yang harus ditutup melalui pendampingan intensif dari BPMP Jambi. “Penguatan kapasitas petani dan optimalisasi alsintan jadi kunci peningkatan produksi,” ungkapnya.
Wakil Wali Kota Azhar Hamzah menambahkan bahwa ketersediaan pupuk dan air irigasi masih menjadi titik kritis yang mempengaruhi output pertanian. Menurutnya, sejumlah wilayah produktif memerlukan penanganan distribusi pupuk yang lebih rapi serta jaminan pasokan air pada musim tanam.
“Ketika sarana produksi tersendat, maka intensifikasi tidak berjalan maksimal. Kita harus memastikan kebutuhan dasar petani terpenuhi agar program tidak hanya sekadar rencana,” ujar Azhar.
Melalui Monev ini, Pemkot Sungai Penuh berupaya mengarahkan kembali strategi swasembada pangan 2025 agar lebih tepat sasaran. Hasil evaluasi akan menjadi dasar penyusunan langkah korektif, mulai dari peningkatan pendampingan teknis hingga perbaikan sistem distribusi kebutuhan pertanian.(Tim)









