KLIKINAJA, KERINCI – Polemik pelaksanaan Junior Soccer Fun League (JSFL) Regional Kerinci kembali mencuat setelah ajang sepak bola usia dini itu ramai diperbincangkan di media sosial. Informasi yang beredar menyebutkan bahwa kompetisi tersebut bukan diselenggarakan oleh PSSI Kerinci, melainkan oleh Dinas Pendidikan bersama Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kabupaten Kerinci.
Kabar tersebut menjadi sorotan berbagai pihak, terutama sekolah-sekolah di wilayah hilir yang merasa tidak pernah menerima undangan ataupun pemberitahuan resmi terkait pelaksanaan JSFL. Mereka menilai proses seleksi peserta tidak dilakukan secara terbuka, sehingga hanya sekolah tertentu yang diberangkatkan.
Keluhan itu muncul karena siswa dari wilayah hilir sebenarnya memiliki potensi yang tidak kalah dibandingkan sekolah hulu. Namun kesempatan tampil di panggung kompetisi dinilai hanya diberikan kepada sekolah yang berada di wilayah mudik.
Salah seorang guru dari salah satu sekolah hilir mengatakan bahwa pembinaan sepak bola usia dini seharusnya merata. Ia menilai pelaksanaan JSFL kali ini terkesan hanya menguntungkan wilayah tertentu.
“Anak-anak kami juga punya kemampuan. Tapi tanpa undangan atau pemberitahuan, kami jelas tidak bisa ikut serta. Jika pembinaan ingin maju, semua sekolah harus mendapat peluang yang sama,” ujarnya.
Kekecewaan itu turut diarahkan kepada Plt Kepala Dinas Pendidikan Kerinci, Asril, yang juga dikenal sebagai mantan pemain sepak bola senior daerah. Banyak pihak menyayangkan apabila kegiatan pembinaan olahraga justru menimbulkan ketimpangan baru.
Sejumlah warga menilai, dengan pengalaman dan latar belakang Asril di dunia sepak bola, publik sebenarnya berharap pelaksanaan JSFL berlangsung lebih profesional dan inklusif. Namun kenyataan bahwa sebagian sekolah tidak menerima informasi membuat masyarakat mempertanyakan transparansi penyelenggaraan.
Sorotan publik juga menguat di media sosial, memunculkan berbagai pertanyaan tentang dasar pemilihan peserta dan proses koordinasi antarinstansi. Tidak sedikit yang menilai kebijakan tersebut dapat menghambat pengembangan bakat pemain muda di wilayah hilir.
Pihak sekolah berharap Dinas Pendidikan dan Dispora Kerinci segera memberikan penjelasan resmi. Menurut mereka, kompetisi usia dini bukan hanya soal pertandingan, tetapi juga menjadi sarana mengenalkan sportivitas, kerja sama, dan membangun motivasi atlet muda di seluruh wilayah.
Masyarakat meminta agar kegiatan serupa di masa mendatang disusun lebih transparan dan melibatkan semua sekolah tanpa pengecualian. Selain itu, diperlukan mekanisme pemberitahuan resmi yang seragam agar tidak ada pihak yang merasa dianaktirikan.
Pemerataan akses kegiatan olahraga juga dianggap penting untuk meningkatkan kualitas talenta sepak bola Kerinci secara keseluruhan. Dengan metode pembinaan yang terbuka dan adil, potensi pemain dari setiap kecamatan dapat berkembang lebih optimal.
Hingga berita ini diturunkan, Dinas Pendidikan Kerinci belum memberikan pernyataan terbuka mengenai alasan tidak masuknya sekolah-sekolah hilir dalam daftar peserta JSFL. Publik masih menunggu klarifikasi agar polemik ini tidak semakin meluas.
Kontroversi JSFL tahun ini menunjukkan pentingnya penyelenggaraan kompetisi olahraga yang lebih inklusif dan transparan. Sekolah-sekolah di wilayah hilir berharap ke depan kebijakan pembinaan atlet muda dapat dilakukan secara merata agar perkembangan sepak bola Kerinci berjalan seimbang.(Dea)









