Klikinaja – Batik Incung bukan sekadar kain bermotif khas dari pegunungan Jambi. Ia menyimpan jejak panjang sejarah, kebijaksanaan leluhur, serta semangat masyarakat Kerinci dalam melestarikan warisan budaya. Kain ini adalah wujud hidup dari aksara Incung—sistem tulisan kuno yang diwariskan turun-temurun oleh masyarakat adat Kerinci.
Kini, Batik Incung tidak hanya menjadi identitas etnis, tetapi juga berkembang sebagai produk kreatif unggulan dan magnet wisata budaya yang memperkaya perjalanan siapa pun yang berkunjung ke “Sekepal Tanah dari Surga” ini.
Apa Itu Batik Incung? Mengungkap Asal Usulnya
Nama Batik Incung berasal dari kata Incung, yakni nama aksara tradisional yang digunakan oleh masyarakat Kerinci pada zaman dahulu. Aksara Incung sendiri termasuk dalam rumpun tulisan Rencong yang tersebar di wilayah Sumatera bagian tengah dan selatan, seperti Rejang, Lembak, dan Pasemah.
Namun, yang membuat aksara Incung itu berbeda adalah penggunaannya dalam naskah kulit kayu dan tanduk sebagai sarana pencatatan hukum adat, kisah legenda dan lain sebagainya. Banyak naskah kuno tersebut kini tersimpan di rumah-rumah adat atau telah didokumentasikan oleh peneliti dan lembaga kebudayaan, termasuk Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sumatera Barat.
Batik Incung pertama kali diperkenalkan secara luas sebagai bentuk visualisasi dari aksara Incung pada awal 2000-an. Pengrajin dan pegiat budaya lokal mulai menggagas ide agar bentuk aksara tidak hilang begitu saja. Mereka berusaha untuk menghidupkannya kembali melalui motif batik yang dapat dikenakan sehari-hari dengan nilai simbolik yang tetap terjaga.
Filosofi yang Tersirat dalam Motif Batik Incung
Berbeda dari batik tradisional lain yang banyak mengangkat flora dan fauna, Batik Incung justru menampilkan simbol-simbol geometris yang menyerupai huruf kuno. Namun, motif tersebut bukan sekadar estetika. Di baliknya terdapat nilai-nilai luhur seperti keharmonisan, kesederhanaan, keteguhan dan kebijaksanaan hidup masyarakat Kerinci.
Beberapa motif terkenal beserta maknanya:
-
Motif Tanduk Rusa
Melambangkan kelincahan, kecerdikan, dan kekuatan—terinspirasi dari fauna khas Kerinci. -
Motif Lakuk
Simbol keseimbangan hidup antara manusia, alam dan spiritualitas. -
Motif Pucuk Rebung
Menandakan pertumbuhan dan harapan generasi muda. -
Motif Aksara Tunggal
Bentuk asli aksara Incung yang menunjukkan jati diri dan nilai literasi masa lampau.
Proses Pembuatan Batik Incung, Sebuah Karya Seni Bernilai Tinggi
Pembuatan Batik Incung sebagian besar masih menggunakan teknik batik tulis. Proses pembuatannya tidak terlalu cepat bahkan bisa saja memakan waktu berhari-hari hingga berminggu-minggu tergantung dari tingkat kerumitan motif dan pewarnaan yang digunakan.
Langkah-langkah Produksi:
-
Sketsa Desain Motif
Desain digambar secara manual dengan mengadaptasi bentuk aksara Incung. -
Penerapan Malam (Lilin Batik)
Menggunakan canting, malam diaplikasikan mengikuti motif. Ini adalah proses paling penting yang akan menentukan kualitas akhir dari proses membatik. -
Pewarnaan dan Perendaman
Menggunakan pewarna alam maupun sintetis, tergantung permintaan. Pewarnaan bisa dilakukan dalam beberapa kali untuk hasil multiwarna. -
Penghilangan Malam dan Pengeringan
Kain direbus dan dijemur. Proses ini menghilangkan lilin dan memunculkan motif akhir. -
Finishing dan Pelipatan
Disetrika, dilipat dan siap untuk dijual sebagai bahan kain atau produk jadi seperti baju, syal atau aksesoris.
Wisata Budaya Batik Incung di Kerinci : Belajar dan Berkarya
Saat ini, wisatawan yang datang ke Kerinci tidak hanya menikmati panorama alam seperti Danau Kerinci atau Gunung Kerinci. Mereka juga bisa mengikuti tour budaya yang berfokus pada Batik Incung.
Data dan Fakta: Mengapa Batik Incung Bernilai Strategis?
-
Didaftarkan sebagai Kekayaan Budaya Takbenda (KBTB) oleh Kemendikbud pada tahun 2021.
-
Didukung oleh Perda dan Surat Edaran Pemda, yang mewajibkan penggunaan Batik Incung dalam acara formal dan sekolah.
-
Masuk dalam Program One Village One Product (OVOP) di Provinsi Jambi.
-
Produk Batik Incung juga telah dipasarkan hingga ke mancanegara, termasuk ke Malaysia, Jepang dan Belanda melalui program pameran UMKM.
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jambi, BPNB Sumbar, dan Kemenparekraf RI.
Inovasi Produk dan Kolaborasi Fashion
Desainer lokal dan nasional mulai melirik potensi Batik Incung sebagai bahan dasar untuk koleksi etnik modern. Beberapa bentuk inovatif:
-
Kemeja kasual dan blazer bermotif Incung.
-
Gaun pesta dengan kombinasi motif aksara dan siluet kontemporer.
-
Totebag, dompet, hingga sepatu dengan motif Incung hasil kerja sama dengan UMKM lokal.
-
Batik digital print dengan skema warna pastel untuk pasar anak muda.
Tantangan dan Harapan: Pelestarian Lewat Kolaborasi
Meski potensinya besar, pelestarian Batik Incung masih menghadapi tantangan seperti:
-
Kurangnya regenerasi pengrajin muda.
-
Ketersediaan bahan baku berkualitas.
-
Minimnya akses pasar luar daerah.
-
Ancaman klaim budaya dari luar.
Namun, harapan tetap terbuka. Kolaborasi antara akademisi, pemerintah daerah, pelaku industri kreatif, dan masyarakat dapat menciptakan ekosistem budaya yang hidup. Digitalisasi promosi dan pelatihan daring juga membuka peluang bagi Batik Incung menembus pasar global.
Batik Incung, Jejak Leluhur yang Menjadi Inspirasi Masa Kini
Batik Incung adalah lebih dari sekadar produk kerajinan. Ia adalah refleksi dari identitas, sejarah, nilai dan harapan masyarakat Kerinci. Lewat sehelai kain bermotif aksara Incung, kita bisa belajar tentang keberanian untuk merawat budaya dan semangat untuk tetap relevan di tengah dunia modern.
Sudah saatnya Batik Incung dikenal lebih luas!
Bagikan artikel ini jika kamu bangga dengan budaya Indonesia.
Yuk, lanjutkan eksplorasi budaya Nusantara lewat artikel menarik lainnya di Klikinaja.com.
(End)