Klikinaja – Kepala Satuan Operasional Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Kasatop Armuzna), Harun Arrasyid, mengungkapkan skema evakuasi jemaah haji di kawasan terowongan Mina telah dirancang secara sistematis untuk menghadapi padatnya arus jemaah. Ia menekankan bahwa tantangan terbesar dalam proses evakuasi adalah terbatasnya mobilitas ambulans akibat kerumunan yang sangat padat.
“Ambulans tersedia di beberapa titik strategis, tapi karena padatnya jemaah, pergerakan ambulans bisa terhambat. Oleh karena itu, jemaah yang membutuhkan bantuan akan mendapatkan penanganan awal di lokasi terdekat,” ujar Harun, Jumat (30/5/2025).
Untuk mengatasi kendala ini, pihaknya menerapkan sistem evakuasi estafet, yakni penanganan bertahap mulai dari lokasi kejadian hingga ke fasilitas kesehatan. Petugas di pos Ad Hoc atau Mobile Crisis Rescue (MCR) akan menangani jemaah yang pingsan atau kelelahan langsung di titik terdekat.
“Jika perlu penanganan lanjutan, barulah pasien diteruskan secara bertahap ke titik berikutnya hingga sampai rumah sakit atau tenda kesehatan utama,” jelas Harun.
Terowongan Mina yang rata-rata memiliki panjang lebih dari 1 kilometer menjadi lokasi yang sangat krusial. Di area ini terdapat ruang terbuka dan jalur evakuasi yang memungkinkan ambulans melintas dengan lebih leluasa menuju rumah sakit.
“Di lokasi terbuka itu, ambulans bisa masuk untuk mengevakuasi jemaah. Selain dari tim kesehatan Indonesia, ada pula bantuan dari Kementerian Haji Arab Saudi yang siap mendukung,” tambahnya.
Dengan pendekatan estafet ini, Harun berharap proses evakuasi berjalan lebih efisien tanpa menciptakan kemacetan baru di jalur sempit Mina.
“Kami berharap seluruh tim dapat mengantisipasi potensi masalah dan memitigasi segala risiko selama pelaksanaan ibadah di sana,” tegasnya.
Selain itu, ia menekankan pentingnya menjaga kondisi fisik dan mental jemaah, terutama saat menjalankan prosesi lempar jumrah yang cukup menguras energi.
“Ini bukan semata soal fasilitas atau logistik, tapi menyangkut keselamatan jiwa. Semua pihak harus siap bekerja total,” katanya.
Sebagai bentuk kesiapsiagaan, ambulans dari Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dan layanan dari Kementerian Haji Arab Saudi disiagakan untuk menangani jemaah yang kelelahan atau mengalami gangguan kesehatan setelah melontar jumrah. (Tim)