Klikinaja – Setelah resmi mengakuisisi mayoritas saham Tokopedia, kini TikTok langsung tancap gas. Fitur belanja yang dulunya sempat dilarang,namun kini balik lagi, tapi dengan baju baru, transaksi lewat Tokopedia. Bagi kamu pelaku UMKM, ini sepertinya menjadi angin segar di tengah persaingan digital yang makin menggila.
Tapi, tunggu dulu…
Apakah ini memang benar-benar kabar baik atau cuma bumbu manis buat “gig economy” yang makin dikendalikan oleh algoritma besar?
Promosi Makin Mudah, Tapi Persaingan Makin Gila
Kombinasi TikTok dan Tokopedia itu kayak nyatuin panggung hiburan sama toko besar. Kamu bisa upload video lucu sambil jualan kaos, dan langsung muncul di beranda orang-orang yang emang suka nonton konten kayak gitu.
✅ Konten promosi langsung nyambung ke keranjang belanja.
✅ Algoritma bantu dorong konten ke target market.
✅ Gak perlu pusing soal sistem transaksi dan pengiriman.
Tapi, masalahnya… semua orang bisa ngelakuin hal yang sama.
Bayangin ratusan ribu seller bersaing dalam satu halaman FYP. Kalau kamu gak punya modal buat iklan atau skill konten yang ciamik, bisa-bisa produkmu akan tenggelam tanpa jejak.
Penjual Kecil Bisa Keok Sama Brand Besar?
Inilah kekhawatiran terbesar setelah akuisisi ini, UMKM bisa kalah telak sama brand besar yang punya tim digital marketing lengkap.
Mereka bisa bayar influencer, bisa push konten terus-terusan, dan paham banget cara main algoritma TikTok.
Sementara banyak penjual kecil masih struggling ngedit video lewat HP seadanya.
Akhirnya?
Yang rame-rame jualan, tapi yang laris tetap itu-itu aja.
Perlu Aturan Main yang Adil
KPPU dan pemerintah udah buka suara soal ini. Mereka janji bakal ngawasin terus biar gak terjadi monopoli digital. Tapi pertanyaannya: secepat apa pengawasan itu dilakukan?
Bayangkan jika algoritma TikTok lebih prioritasin produk dari seller tertentu yang punya kerja sama khusus. UMKM yang gak punya akses itu bisa jadi cuma penonton di pesta yang mereka sendiri gak diajak nikmatin.
Tips Biar UMKM Gak Ketinggalan Kereta
Nah, buat kamu yang jualan online, ini beberapa tips biar bisa tetap eksis di tengah arus besar akuisisi ini:
- Belajar Bikin Konten Menarik
Video yang jujur, singkat, dan menyentuh emosi masih jadi senjata ampuh di TikTok. - Optimalkan Judul & Hashtag
Gunakan keyword yang tepat supaya algoritma bisa baca target kamu. - Manfaatkan Kolaborasi
Ajak influencer lokal atau micro-influencer buat bantu promosi. - Gunakan Fitur Tokopedia Maksimal
Pastikan kamu update katalog, kasih diskon menarik, dan aktif di fitur promo. - Konsisten
Jangan berhenti posting hanya karena views turun. Kadang algoritma butuh waktu buat “mengenal” akun kamu.
Jadi, Ini Peluang atau Ancaman?
Jawabannya: dua-duanya.
Kalau kamu bisa adaptasi, belajar, dan manfaatkan momentum ini, akuisisi TikTok ke Tokopedia bisa jadi jalan pintas menuju omzet yang lebih besar. Tapi kalau cuma nunggu dan berharap algoritma kasihan, siap-siap jadi korban sistem.
Yang pasti, kita gak bisa berharap terlalu banyak dari regulasi.
Yang bisa kamu kendalikan? Strategimu sendiri.
TikTok bukan cuma tempat buat joget dan lipsync. Sekarang, dia udah jadi raksasa e-commerce yang siap ngatur siapa yang laris dan siapa yang kalah.
UMKM harus lebih gesit, cerdas, dan kreatif.
Karena di dunia digital, yang lambat bukan cuma ketinggalan tapi bisa dilibas habis.
(End)