Britainaja, Jakarta – Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya, Jakarta Timur, menjadi salah satu penanda sejarah penting bangsa Indonesia. Monumen ini dibangun untuk mengenang tujuh Pahlawan Revolusi yang gugur dalam peristiwa kelam Gerakan 30 September (G30S/PKI) pada 1965.
Lokasi berdirinya monumen tidak jauh dari sumur tua yang dikenal sebagai tempat pembuangan jenazah para pahlawan. Kehadiran monumen ini sekaligus menjadi pengingat akan perjuangan mereka dan peringatan bagi generasi mendatang agar tragedi serupa tidak kembali terjadi.
Simbol Kemerdekaan dalam Arsitektur
Menurut catatan Kementerian Kebudayaan, Monumen Pancasila Sakti sarat dengan simbol-simbol kemerdekaan. Patung tujuh pahlawan berdiri megah di depan dinding setinggi 17 meter yang dihiasi lambang Garuda Pancasila. Tinggi dinding tersebut melambangkan tanggal kemerdekaan Indonesia, yakni 17 Agustus.
Letaknya pun penuh makna. Monumen ini dibangun sekitar 45 meter di utara sumur maut, yang dimaknai sebagai simbol tahun kemerdekaan, 1945. Setiap detail arsitekturnya dirancang untuk menegaskan semangat kebangsaan dan pengorbanan para pahlawan.
Tujuh Pahlawan Revolusi
Patung para pahlawan tersusun berderet dari barat ke timur. Mereka adalah:
-
Mayjen TNI Anumerta Soetojo Siswomihardjo
-
Mayjen TNI Anumerta D.I. Panjaitan
-
Letjen TNI Anumerta R. Soeprapto
-
Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani
-
Letjen TNI Anumerta M.T. Harjono
-
Letjen TNI Anumerta S. Parman
-
Kapten Czi Anumerta P.A. Tendean
Di bawah patung, terdapat relief besar yang menggambarkan kronologi G30S/PKI, mulai dari prolog, peristiwa penculikan, hingga penumpasan oleh ABRI bersama rakyat. Tepat di bawah relief tersebut, terukir pesan tegas: “Waspada… dan mawas diri agar peristiwa semacam ini tidak terulang lagi.”
Edhi Sunarso, Sang Pematung di Balik Monumen
Nama Edhi Sunarso tak bisa di pisahkan dari Monumen Pancasila Sakti. Seniman asal Salatiga kelahiran 1933 ini merupakan perancang patung tujuh Pahlawan Revolusi. Sejak remaja, ia sudah menekuni seni rupa. Pengalaman hidupnya di masa penjajahan, termasuk belajar melukis di kamp tawanan di Bandung antara 1947–1949, membentuk karakter artistiknya.
Edhi di kenal sebagai salah satu pematung paling produktif Indonesia. Karyanya tidak hanya hadir di Jakarta, tetapi juga tersebar di berbagai daerah. Beberapa karya monumental lain ciptaannya antara lain Patung Selamat Datang di Bundaran HI, Monumen Pembebasan Irian Barat, serta Patung Dirgantara di Pancoran.
Prestasinya di bidang seni pun di akui secara luas. Pada 1971, ia meraih penghargaan di kompetisi Monumen Revolusi 10 November di Surabaya. Dedikasinya membuat karya-karya besar menjadikannya salah satu maestro seni patung Indonesia.
Pembangunan Kompleks Monumen
Pembangunan Monumen Pancasila Sakti di mulai tidak lama setelah tragedi G30S/PKI. Presiden Soeharto pada 1967 menginstruksikan pembebasan kawasan Lubang Buaya seluas 14 hektare untuk dijadikan kompleks peringatan. Proses pembangunan melibatkan pemindahan penduduk sekitar ke wilayah Rawabinong dan Bambu Apus.
Kompleks ini akhirnya di resmikan pada 1973. Berdasarkan data Cagar Budaya, kawasan Monumen Pancasila Sakti terdiri dari area luar ruangan (outdoor) dan dalam ruangan (indoor). Area outdoor menampilkan taman dan patung, sementara bagian indoor di gunakan untuk museum serta ruang pertemuan atau paseban.
Koleksi Sejarah di Kompleks Monumen
Kompleks Monumen Pancasila Sakti tidak hanya menampilkan patung dan relief, tetapi juga berbagai benda bersejarah. Beberapa di antaranya meliputi:
-
Sumur Tua tempat pembuangan jenazah tujuh pahlawan
-
Rumah Penyiksaan yang menjadi lokasi penyekapan
-
Pos Komando dan Dapur Umum yang di gunakan saat itu
-
Mobil-mobil tua peninggalan para pahlawan
-
Museum Paseban dan Museum Pengkhianatan PKI
Keseluruhan area ini di rancang sebagai sarana edukasi sejarah agar masyarakat, terutama generasi muda, dapat memahami secara lebih mendalam peristiwa G30S/PKI.
Jejak Sejarah yang Terus Di kenang
Hingga kini, Monumen Pancasila Sakti menjadi salah satu destinasi wisata sejarah dan religi yang ramai di kunjungi, terutama saat peringatan G30S/PKI. Tidak hanya pelajar dan mahasiswa, wisatawan umum juga kerap datang untuk belajar langsung mengenai tragedi 1965 dan nilai-nilai pengorbanan para pahlawan.
Sosok Edhi Sunarso pun tetap di kenang sebagai maestro seni yang berhasil mengabadikan sejarah bangsa ke dalam karya monumental. Monumen ini bukan sekadar bangunan fisik, tetapi juga simbol keteguhan bangsa Indonesia dalam menjaga persatuan dan waspada terhadap ancaman ideologi yang bertentangan dengan Pancasila. (Tim)








