Klikinaja, Sungai Penuh – Selama lebih dari sepuluh tahun, warga Desa Koto Baru, Kecamatan Tanah Kampung, Kota Sungai Penuh, terus dihantui ketakutan akan longsor. Pembangunan tembok penahan tebing Sungai Batang Sangkir yang dijanjikan pemerintah tak kunjung terealisasi, padahal kondisi di lapangan semakin mengkhawatirkan.
Setiap kali hujan deras mengguyur, warga Koto Baru hanya bisa berharap tebing di bantaran Sungai Batang Sangkir tak longsor. Erosi yang terjadi sejak bertahun-tahun membuat jarak antara bibir tebing dan rumah warga kini semakin dekat, bahkan kantor desa pun ikut terancam.
Kepala Desa Koto Baru, Jon Afrizal, menuturkan bahwa usulan pembangunan tembok penahan sudah berulang kali diajukan melalui Musrenbang Desa hingga Musrenbang Kecamatan, namun belum ada langkah konkret dari pemerintah daerah.
“Sudah sepuluh tahun kami usulkan. Semua dokumen lengkap, tapi sampai sekarang belum ada kabar realisasi,” kata Jon saat diwawancarai klikinaja.com, Jumat (17/10/2025).
Ia menjelaskan, kondisi di lapangan semakin parah dari tahun ke tahun. Aliran sungai yang deras saat musim hujan terus menggerus tanah di tebing, menyebabkan beberapa bagian mulai retak dan berpotensi amblas.
“Sekarang jarak tebing dengan rumah warga tinggal beberapa meter saja. Kalau ini dibiarkan, bukan cuma rumah warga yang bahaya, tapi kantor desa juga bisa kena,” ujarnya.
Menghadapi situasi genting itu, pemerintah desa sempat mengambil langkah darurat dengan menggunakan dana desa untuk menimbun area rawan longsor dan memasang bronjong sementara. Namun, upaya tersebut tidak cukup kuat menahan derasnya arus sungai.
“Kami sudah berusaha semampunya, tapi skalanya terlalu besar. Kami butuh campur tangan dari pemerintah kota dan provinsi,” tegas Jon.
Selain mengancam rumah warga, potensi longsor juga berdampak pada rasa aman masyarakat. Banyak warga yang mengaku sulit tidur setiap kali hujan turun di malam hari karena takut tanah di belakang rumah mereka runtuh.
“Setiap kali hujan deras, kami tidak bisa tenang. Air sungainya deras sekali, dan tanah di belakang rumah mulai retak,” ungkap Siti Aisyah (48), warga setempat.
Siti menambahkan, sebagian warga bahkan sudah menyiapkan langkah darurat jika sewaktu-waktu longsor terjadi, seperti memindahkan barang penting dan mengungsi ke rumah kerabat yang lebih aman.
Warga berharap pemerintah dapat menepati janji dan menjadikan pembangunan tembok penahan tebing Sungai Batang Sangkir sebagai prioritas utama dalam rencana pembangunan tahun 2026. Mereka menilai, penundaan lebih lama hanya akan memperbesar risiko bencana.
“Sudah terlalu lama kami menunggu. Kami tidak mau korban dulu baru pemerintah turun tangan,” tegas Siti.
Kondisi kritis di Desa Koto Baru menjadi pengingat bahwa mitigasi bencana harus di lakukan sebelum tragedi terjadi. Masyarakat kini menaruh harapan besar pada pemerintah agar segera bertindak nyata membangun tembok penahan tebing, demi melindungi nyawa dan masa depan warga Koto Baru dari ancaman longsor yang kian dekat. (End)









